Minggu, 08 Januari 2012

Bahasa Bayi Yang Anda Harus Ketahui

Banyak ibu percaya bahwa tangis bayi merupakan cara mereka mengungkapkan sesuatu. Namun bagi para ibu baru, memahami arti tangisan sang buah hati, bisa menjadi sangat sulit. Adakah cara untuk memahami bahasa si kecil ini?

Dunstan Baby Language
Dunstan Baby Language (DBL) adalah suatu sistem yang mempelajari arti tangisan bayi usia 0-3 bulan. Sistem ini meliputi pengenalan akan lima “bahasa tangisan” yang digunakan para bayi sejak dilahirkan, yaitu bahasa untuk menyampaikan kebutuhan akan: rasa lapar, mengantuk, sendawa, rasa tidak nyaman, dan nyeri di perutnya.
Dr Adhiatma Gunawan, perintis DBL di Indonesia, menyebutkan bahwa seorang bayi mempunyai refleks primitif yang dimiliki sejak dilahirkan. Refleks ini bersifat universal dan lambat laun akan menghilang seiring dengan berkembangnya kemampuan untuk beradaptasi. “DBL berlaku pada bayi hingga usia tiga bulan. Karena setelah usia tersebut, bayi akan mengembangkan kemampuan berkomunikasinya sendiri dengan bantuan orang tua dan lingkungan,” tambahnya.

Bagaimana sejarahnya?

DBL ditemukan oleh Priscllla Dunstan, musisi asal Australia, yang berbakat untuk mengingat semua jenis suara atau yang dikenal dengan istilah sound photograph. Ketika Priscllla menjadi seorang ibu, ia menyadari, ternyata bayinya berusaha untuk berkomunikasi melalui suatu bahasa. Setelah delapan tahun meneliti dan mengumpulkan bayi-bayi dari berbagai negara, suku bangsa, dan bahasa, akhirnya, ia menemukan suatu bahasa yang sama yang digunakan para bayi ini untuk berkomunikasi, yaitu DBL. Ada lima bahasa bayi versi DBL, yaitu:

1. “Neh” = lapar
Ketika lapar, bayi akan mengeluarkan suara “neh”. “Neh” dinyatakan sebagai bunyi yang dihasilkan ketika bayi mengecap untuk menghisap puting ibu. Kenali suara “neh” ini dengan mendengar sisipan huruf N pada tangisannya.
Selain mengeluarkan bunyi 'neh', menurut teori DBL, bayi yang lapar biasanya:
- Menggerakan lidah ke langit-langit mulut (mengecap)
- Menghisap jari atau kepala tangannya
- Menjilati bibirnya
Menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan. \

2. “Owh” = lelah
Suara “owh” mengindikasikan si kecil sudah mulai lelah dan mengantuk. “Owh” pada dasarnya merupakan bunyi yang dihasilkan ketika menguap. Tetapi, “owh” ini tidak selalu dibarengi dengan kuapan, bisa juga dengan tanda-tanda seperti:
- Si kecil mulai bergerak gelisah
- Mengusap-usap mata dan menggaruki/menarik telinganya
- Mulai menggeliat dan melengkungkan tubuhnya.
Namun, tanda-tanda ini biasanya didahului dengan bunyi 'owh'.

3. “Eh” = ingin sendawa
Tangisan “eh” terjadi ketika dada si kecil bekerja keras mengeluarkan angin yang masuk ke dalamnya. Biasanya, frekuensi tangisan 'eh' yang diucapkan lebih cepat dan pendek karena si kecil berusaha untuk sendawa. Penting bagi ibu untuk menyendawakan si kecil begitu bunyi 'eh' terdengar, karena dapat menghindari angin turun ke perut dan menyebabkan kolik serta menghindari bayi memuntahkan susunya kembali. Tanda-tanda lain saat si kecil perlu sendawa adalah:
- Dada yang mengencang
Gerakan menggeliat ketika diletakkan di tempat tidur
Berhenti minum susu dan mulai gelisah

4. “Eairh” = Angin di perut
Jika si kecil sering menangis dengan keras dan nampak kesakitan, ibu mungkin akan mendengar bunyi 'eairh'. Tangis 'eairh' terjadi karena adanya gas dan angin di perut si kecil yang menyebabkan rasa sakit (kolik). Tanda-tanda lain yang dibarengi dengan bunyi 'eairh' adalah:
- Kaki yang mengejang dan ditarik ke perut
- Tubuh si kecil yang menjadi kaku
- Jerit tangisan yang merintih kesakitan
Bila tangisan 'eairh' terdengar, segeralah telungkupkan si kecil lalu usap punggungnya. Ibu pun bisa memijat lembut perutnya untuk mengeluarkan angin. Udara 'eairh' akan lebih sulit dikeluarkan, jadi akan lebih baik jika ibu segera menyendawakan si kecil saat terdengar bunyi 'eh', untuk mencegah udara turun ke perut.

5. “Heh” = tidak nyaman
Salah satu alasan mengapa bayi rewel adalah karena ia merasa tidak nyaman, bisa karena popoknya basah, udara yang terlalu panas atau dingin, atau hal lainnya. Tangisan 'heh' biasanya terengah-engah (seperti membuang udara) dan ada penekanan pada huruf H diawal katanya. Bila ibu mendengar tangisan 'heh' ini segeralah memeriksa kondisi si kecil, apa yang membuatnya tidak nyaman, seperti kepanasan, kedinginan, atau popok yang kotor dan harus diganti.


Stop, Look, and Listen!

Apabila mendengar si kecil menangis, seorang ibu biasanya menjadi panik lebih dulu, sehingga tidak bisa bertindak dengan tepat. Dr Adhiatma menyarankan para ibu untuk melakukan “Stop, Look and Listen!”, jangan panik dan mulai melihat mimik si kecil seraya mendengarkan bunyi tangisannya.
Yang harus ibu lakukan saat bayi menangis:
1. Bertindak atas kata yang dominan terdengar. Si kecil bisa saja mengucapkan dua kata yang berbeda. Misalnya, bayi yang biasa ditidurkan dengan cara disusui, apabila mengantuk, akan mengeluarkan bunyi 'owh” dan 'neh'. Namun suara 'owh' lebih mendominasi.
2. Dengarkan bunyi spesifik dari setiap katanya. Ubahlah posisi bayi apabila Anda tidak dapat mendengar dengan baik.

Sumber motherandbaby.co.id

Menggali Rasa Ingin Tahu Anak

Jangan bingung apalagi merasa terganggu menghadapi si kecil yang ceriwis dan banyak tanya. Kita harus optimal menggali rasa ingin tahunya agar ia tak jadi pribadi “kerdil”.

Kalau kita cuek atau malah merasa terganggu, bisa merugikan perkembangan wawasan dan kepribadian anak. Begitu pun kalau kita selalu melarang atau sebaliknya, kelewat melindungi. Nanti ia jadi enggak PD, lo, alias tak percaya diri, enggak punya inisiatif, selalu ragu-ragu, dan cenderung menarik diri dalam pergaulan. Kasihan, kan?

Itulah mengapa, orang tua harus bekerja keras menggali rasa ingin tahu anak sedini mungkin. Soalnya, di usia 2-3 tahun biasanya anak mulai pintar ngoceh banyak tanya mengenai hal-hal yang ada di sekitarnya. “Rasa ingin tahunya begitu besar karena ia tengah memasuki masa bermain. Anak mulai nenangga  dan berinteraksi dengan orang lain. Ia bertemu dengan hal-hal baru di luar rumah dan tak lagi terbatas pada lingkungan di rumahnya saja.

SERTAI ALAT PERAGA
 bila si kecil usianya sudah 2-3 tahun namun cenderung pasif dan enggak banyak tanya,  cari tahu penyebabnya. Bila mengalami keterlambatan bicara seperti yang banyak terjadi, berarti hambatan untuk berbicara dan bertanya itulah yang harus ditangani lebih dulu. Lewat pemeriksaan yang lebih seksama di bagian saraf, misalnya, karena tak tertutup kemungkinan saraf-saraf yang berkaitan dengan perangkat wicaranyalah yang mengalami gangguan. Atau, bisa jadi otot-otot alat bicaranya, terutama lidah, belum matang atau berkembang sempurna.

Tapi kalau perkembangannya berjalan wajar, ketika ia mulai menunjukkan rasa ingintahu, kita harus peka dan segera merespon dengan memberi keterangan sejelas-jelasnya namun singkat dan disesuaikan dengan bahasa anak seusianya. Kita harus bangga dan senang, lo, kalau si kecil rajin bertanya dan ingin tahu sesuatu karena hal ini sangat positif. “Itu tandanya anak punya minat untuk bereksplorasi terhadap lingkungan sosialnya
Misalnya, mengajak anak ke kebun binatang, sehingga ia bisa melihat secara konkret seperti apa binatang yang pernah ditanyakannya itu. Terlebih lagi bila pertanyaannya membutuhkan penjelasan yang tak mudah. Misalnya, anak menonton adegan mesra di TV lalu tanya, “Kok, orang itu ciuman?” Jawablah, “Itu berarti sayang,” dan berikan contoh, “Nih, seperti Mama sekarang cium Ade, berarti Mama sayang Ade.” Bagi anak, jawaban dengan contoh tersebut sudah cukup. Ia belum bisa, kok, membedakan antara ciuman bermakna sayang dan yang penuh nafsu.

HARUS KONSISTEN
Kalau kita memang benar-benar sibuk dan tak bisa sejenak pun meninggalkan kesibukan tersebut untuk menjawab pertanyaan si kecil, cobalah beri pengertian lebih dulu kepadanya.  Dengan cara ini, anak sebetulnya juga terbantu untuk belajar memahami orang tuanya yang sibuk tanpa ia sendiri merasa di-reject  atau ditolak.” Tapi tentu kita harus konsisten. Setelah selesai dengan pekerjaan tersebut, kita temui si kecil dan katakan, “Nah, sekarang Mama sudah selesai dengan pekerjaan Mama. Tadi Ade mau tanya apa?”
Hasilnya akan sangat berbeda, lo, bila kita bersikap enggak konsisten. “Selain rasa ingin tahu anak terpenuhi, respon orang tua juga akan semakin mendekatkan hubungan dengan anak.

DORONG BERPIKIR KRITIS
Penting diketahui, pemenuhan rasa ingin tahu anak menjadi salah satu modal bagi perkembangan kecerdasannya. Itulah mengapa, anak yang kritis dan banyak tanya memiliki korelasi untuk bisa digolongkan sebagai anak cerdas. Artinya, anak yang cerdas menunjukkan rasa ingin tahu dan kemampuannya untuk berpikir kritis. “Bukan berarti anak yang enggak berpikir kritis itu enggak cerdas, lo. Kalau orang tua memberi stimulasi pada anak yang kelihatannya pasif, tentu akan sangat membantu,”
Misalnya, “Ini apa, Nak?” sambil menunjukkan aneka benda berlainan bentuk dan warna. Atau, “ajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengundang kemampuan berpikir anak.” Misalnya, “Kenapa binatang marah kalau diganggu?” Jadi, si kecil yang pendiam belum tentu enggak cerdas. Bisa jadi ia pendiam lantaran kita tak pernah meresponnya untuk banyak bicara ataupun mendorong berpikir kritis. “Yang juga kerap terjadi, orang tua cuma ‘menyuapi’.

Ada, lo, anak yang pintar dan tinggi daya tangkap serta daya ingatnya, namun enggak kritis. Lantaran, ibu-bapaknya cenderung cuma memberi tahu dan kerap memberi respon negatif bila anak banyak bertanya ataupun memarahi kala si anak protes. Bagaimana jika orang tua tak memberi respon positif karena tak tahu? Tak usah cemas. kita bisa, kok, mengejar ketertinggalan si anak.

Namun tentu dengan “bayaran” yang lebih mahal. Artinya “proses pemahaman pengetahuan si anak akan lebih lambat dibanding teman-temannya, karena pemahaman yang sama seharusnya sudah diberikan saat anak berada dalam masa golden age di usia 2-3 tahun.” Bukankah saat itu ia tengah pintar-pintarnya? Jadi, kalau stimulasinya bagus di usia itu, anak akan tumbuh optimal menjadi cerdas. Jangan lupa, lo, meski kecerdasan bersifat herediter atau bawaan, namun tak akan menjadi optimal bila tak dibarengi dengan pemberian gizi yang baik dan stimulasi dari lingkungan.

BOLEH, KOK, MELARANG ANAK
Yang penting, dalam melarang harus disertai alasan jelas, sehingga ia tahu, ia bukan sekadar dilarang tapi ada hal-hal tertentu yang bisa mencelakakan dirinya ataupun orang lain. Misal, larangan main pisau, bisa dibarengi dengan memberi contoh memotong buah. Jelaskan, “Ade tak boleh main pisau karena pisau ini tajam dan bisa melukai tanganmu. Lihat, nih, Mama potong jeruk. Nah, terbelah, kan?” Anak pun jadi mengerti kenapa dirinya dilarang main pisau. “Dengan selalu mengemukakan reasoning , anak akan terlatih mengenali apa kesalahannya atau mengapa ia harus dimarahi orang tua,. Cara ini juga membiasakan anak belajar konsekuensi, “Saya nggak boleh melakukan ini karena berbahaya buat saya.”

Tapi kalau ia selalu dilarang, justru akan membuatnya jadi pembangkang. Coba, deh, perhatikan; semakin dilarang, anak seusia ini, kan, semakin nekat. Apalagi di usia 3 tahun, anak tengah mengembangkan negativismenya. Kalau dibilang “Kamu jangan main hujan ya,” ia malah akan main hujan-hujanan. Jadi, semakin kita melarang, ia justru akan melakukan hal-hal yang kita larang. Alangkah baiknya dalam melarang kita juga mengajaknya berpikir. Misal, “Kalau Ade main hujan, nanti gimana?”

Ia mungkin akan menjawab, “Sakit.” Nah, teruskan dengan pertanyaan, “Kalau sakit, nanti Ade bisa ikut jalan-jalan nggak sama Papa-Mama?” Pancing terus si anak hingga akhirnya ia sendirilah yang mengambil keputusan untuk tak main hujan. Dengan cara ini, bukan cuma larangan kita dipatuhi, anak pun jadi belajar berpikir kritis. Nah, mengembangkan kecerdasannya, kan?

SEDIAKAN MAINAN BERVARIASI
Salah satu bentuk stimulasi yang dianjurkan untuk meningkatkan kecerdasan adalah permainan edukatif. Lewat beragam permainan sederhana, anak terlatih perkembangan kognitifnya, kemampuan motorik kasar dan halus, maupun perkembangan intelegensinya. “Sebaiknya sediakan mainan bervariasi,
Selain agar anak tak cepat bosan, pilihlah yang memungkinkan anak dapat menemukan semua kebutuhannya akan fungsi tiap-tiap mainan tersebut. Soalnya, ada permainan yang melatih daya ingat melalui gambar-gambar, ada yang mengasah kreativitas, dan ada pula yang bisa mempertajam daya imajinasinya. Sega atau play station , boleh-boleh saja. Asalkan dibatasi agar tak merusak mata dan menjadikan ketagihan. Selain bentuk permainannya juga harus disesuaikan usia anak. Kalau tidak, apa jadinya bila anak usia 2-3 tahun asyik menikmati kekerasan lewat permainan contra dan sejenisnya.

Melakukan berbagai permainan atau aktivitas bersama anak, juga penting untuk mengembangkan kecerdasannya. Misalnya, main kuda-kudaan, pasar-pasaran, atau loncat-loncat, dan sebagainya. Jadi, tak usah malu, ya, bila harus terlibat dalam permainan si kecil. Selain itu, beri kebebasan pada anak untuk memanjat atau melompat di tempat yang ia sukai. Bila Ibu-Bapak keberatan si kecil melompat-lompat di tempat tidur, ya, sediakan fasilitas yang memungkinkan ia tetap melakukan aktivitas tersebut.

Begitu pun bila keberatan si kecil corat-coret tembok, ya, beri fasilitas untuk kebutuhannya itu. Ulurkan kertas kecil atau besar seperti yang diinginkannya. Jika ia lebih suka corat-coret di tembok, sediakan tembok khusus untuk dicoreti atau tempelkan sejumlah kertas berukuran besar di salah satu bagian tembok. Jelaskan padanya, “Ade boleh corat-coret di sini tapi di tembok lain jangan, ya.” Pendeknya, kita tak boleh menghambat keinginan anak namun kita juga harus melatihnya bertanggung jawab untuk merapikan kembali mainannya atau benda-benda lain setelah ia usia melakukan sesuatu aktivitas.

Sumber
Tabloid NOVA

Sabtu, 07 Januari 2012

Rasa Ingin Tahu Anak=Anak Cerdas?

Jika anda sudah banyak membaca buku ataupun menerima banyak informasi tentang perkembangan anak, pasti anda pernah mendapatkan pernyataan berikut:

“Anak yg selalu bertanya atau rasa ingin tahunya besar adalah anak yg cerdas.”

Benarkah pernyataan itu? Apakah memang demikian kenyataannya?
(Semoga anda tidak menjadi ragu dengan 2 pertanyaan di atas.)

Memang BENAR bahwa salah satu ciri anak cerdas adalah anak yg rasa ingin tahunya besar, selalu bertanya tentang banyak hal.

TETAPI, ada satu hal lagi yg perlu menjadi perhatian kita dalam menilai apakah anak tersebut BENAR-BENAR mempunyai ciri-ciri anak cerdas.

Apa itu?

Setelah anak mengajukan pertanyaan, ada 1 tahapan lanjutan yg bisa dijadikan acuan apakah dia benar-benar ingin tahu, yaitu:

“APAKAH ANAK BENAR-BENAR MEMPERHATIKAN JAWABANNYA.”

Anak yg cerdas akan bertanya banyak hal karena memang dia ingin tahu jawabannya. Biasanya, jika anak tersebut bertanya, dia akan ‘mengejar’ jawaban kita dengan pertanyaan lanjutan, sampai kita orangtua menjadi kewalahan dalam menjawabnya.

Inilah salah satu ciri-ciri anak cerdas yang sebenarnya!

Kadang-kadang kita melihat anak yang selalu bertanya, tetapi sebelum dijawab anak tersebut sudah bertanya lagi hal yang lain lagi secara terus menerus. Hal ini menunjukkan bahwa anak tersebut tidak benar-benar ingin tahu terhadap apa yang ditanyakannya.

Menghadapi anak seperti itu, kita perlu mengarahkan sedikit demi sedikit, sehingga anak menjadi bisa memfokuskan dirinya terhadap apa yang ingin diketahuinya.

Kemudian, sarana TERBAIK untuk memuaskan keingin-tahuan anak adalah dengan menyediakan buku, dan mengajarkan anak MEMBACA sejak dini.

Aktivitas membaca mempunyai pengaruh terbesar dalam kehidupan berpikir seorang anak, yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap tingkat kecerdasan anak.

Untuk menstimulasi hal tersebut, kita perlu memberikan kegiatan lanjutan setelah anak selesai membaca dalam suasana yang menyenangkan. Misalnya, kita bisa membuat quiz tentang isi dari bacaan tersebut, dlsb. Hal ini perlu untuk melatih anak belajar menguasai isi bacaan tersebut.

Pemahaman terhadap isi bacaan merupakan tahap lanjutan yang sangat penting untuk diajarkan setelah anak mulai lancar membaca.

Yang lebih penting lagi:

JANGAN memaksa anak untuk membaca!

Beri kebebasan kepada anak untuk memilih buku yang ingin dibacanya.

INGAT, yang penting BUKAN APA yang dibaca oleh anak, TETAPI BAGAIMANA anak membacanya. Tentu saja, selama buku-buku tersebut sesuai untuk anak-anak.

Jangan samapai, misalnya, kita memaksa anak membaca buku tentang binatang, padahal anak sedang ingin membaca buku tentang angkasa luar.

Adil Fathi Abdullah dalam bukunya mengatakan:

“Andai kita berhasil membuat anak gemar dan menikmati aktivitas membaca serta menjadikannya sebagai sarana untuk meningkatkan daya pikirnya, berarti kita telah memberikan kebaikan yang tidak ternilai dengan harta dunia.”

Sumber: ibudanbalita.com

6 Tips Pemberian Susu Formula pada Bayi

Air susu ibu adalah makanan terbaik yang dapat diberikan kepada anak Anda dalam enam bulan pertama kehidupan. Menyusui adalah cara alami untuk memberi makan bayi. ASI memiliki komposisi dan suhu yang tepat. Dengan menyusui, Anda juga mendekatkan tubuh dan melakukan kontak mata dengan anak Anda. Napas dan suara Anda menenangkan anak dan membuatnya akrab dengan Anda. ASI mengandung zat khusus yang melindungi bayi dari penyakit seperti pilek dan influenza. Selain itu, ASI mudah dan murah. Anda dapat memberikan ASI setiap saat dan di setiap tempat yang tenang. Anda tidak harus membersihkan botol dan menghabiskan uang untuk membelinya.
IMG_1117photo © 2010 bradleyolin | more info (via: Wylio)Namun, beberapa wanita tidak cukup memproduksi ASI, tidak memiliki waktu karena bekerja seharian penuh, memiliki masalah kesehatan atau kendala lain sehingga tidak bisa memberikan ASI secara memadai. Untuk itu, pemberian susu formula tidak terelakkan. Bila Anda termasuk dalam kelompok tersebut, berikut adalah tips pemberian susu formula yang perlu Anda perhatikan:

1. Pilih produk sesuai usia

Hal yang terpenting adalah memastikan kesesuaian produk dengan usia anak Anda. Setiap susu formula memiliki nutrisi dengan komposisi yang disesuaikan dengan usia anak. Jangan sekali-kali memberikan susu sapi biasa ke bayi. Susu itu tidak dianjurkan karena tidak memiliki unsur-unsur nutrisi yang tepat untuk bayi dan dapat memicu masalah pencernaan.
Ada banyak jenis susu formula di pasaran. Sejauh ini yang paling populer dan mungkin yang terbaik adalah susu formula yang terbuat dari susu sapi. Bagi bayi yang memiliki intoleransi laktosa, susu formula berbasis kedelai dan susu kambing bisa menjadi pilihan. Ada banyak merek yang tersedia di pasaran dan semua merek tunduk pada aturan dan pengawasan pemerintah (BPOM). Jadi, Anda tidak perlu khawatir dengan kandungannya. Kenyataannya, penelitian menunjukkan bahwa tidak banyak perbedaan kandungan nutrisi antar produk susu formula, yang semuanya dibuat menyerupai kandungan gizi pada ASI. Perbedaan antar produk biasanya terletak pada kadar gula, protein dan lemak. Semua susu formula bayi diperkaya dengan zat besi (untuk mencegah anemia) dan vitamin D (untuk mempromosikan pertumbuhan tulang). Beberapa susu formula juga dilengkapi dengan DHA dan ARA, yang ditemukan dalam ASI dan diperkirakan membantu pertumbuhan otak bayi.

2.Ikuti dosis yang dianjurkan

Jangan memberikan lebih atau kurang dari takaran yang ditunjukkan pada kemasan susu. Susu yang terlalu encer akan membuat bayi cepat lapar kembali, dan bila terlalu kental dapat menyulitkan pencernaannya. Selalu gunakan sendok takar yang disertakan dalam kemasan. Takaran satu sendok adalah satu sendok penuh yang diratakan.

3. Perhatikan kebersihan

Rebuslah dengan air mendidih botol, cincin dan dot susu yang sudah dicuci  sebelum digunakan kembali. Selalu gunakan air matang yang hangat untuk mencampur susu. Susu formula yang berada lebih dari satu jam pada suhu kamar tidak boleh diberikan kepada bayi Anda. Susu formula tidak steril, dan bakteri dapat bertahan hidup dalam susu meskipun Anda menggunakan air steril untuk mencampurnya. Di suhu ruangan, bakteri  itu akan berkembang biak dengan cepat. Bahkan jika Anda menyimpan susu formula di lemari es, bakteri dapat berkembang dalam beberapa jam. Anak Anda dapat mengalami infeksi perut bila meminumnya.

4. Jangan menjadwalkan pemberian susu

Nafsu makan bayi Anda bervariasi dari hari ke hari dan bulan ke bulan, jadi biarkan dia mengatur waktu makannya sendiri. Bayi Anda akan meminta susu sesering yang dia perlukan, selama Anda memahami dan menanggapi isyaratnya. Ketika bayi Anda baru lahir, dia akan minum sedikit tetapi sering, sehingga pemberian botol dilakukan setiap dua atau tiga jam sekali. Semakin besar, semakin besar porsi untuk setiap pemberian sehingga frekuensinya berkurang. Sebagai aturan umum, bayi Anda membutuhkan antara 150 ml dan 200 ml susu formula per kilogram berat tubuhnya per hari. Jadi, jika bayi Anda beratnya 5 kg, dia akan membutuhkan antara 750 ml dan 1.000 ml susu formula selama periode 24-jam untuk memuaskan rasa laparnya.

5. Berikan susu formula seperti memberikan ASI

Terutama pada bayi di bawah enam bulan, pemberian susu formula sebaiknya dilakukan seperti halnya memberikan ASI, yaitu dengan menggendong. Jaga kontak mata dan kontak kulit Anda, dan berbicaralah dengannya. Kedekatan dengan ibu adalah ”makanan batin” yang sangat dibutuhkan untuk perkembangannya.

6. Perhatikan saat pemberian susu

Miringkan botol sedikit sehingga ujung dot selalu penuh dengan susu, bukan udara. Anda akan melihat gelembung-gelembung di dalam botol saat bayi Anda mengisap. Dia mungkin mengisap dengan kuat lalu beristirahat di antaranya. Istirahat itu memberinya waktu untuk merasakan apakah sudah kenyang atau belum. Jika Anda mendengar suara bising ketika bayi Anda minum, mungkin terlalu banyak udara di botolnya. Periksalah apakah dot susu sudah terpasang dengan kencang dan posisi botol tidak terlalu miring.

Sumber: Majalahkesehatan.com

Manfaat Pijat Bayi


Pijat Bayi adalah praktek pengasuhan anak kuno yang masih dipraktekkan di seluruh dunia. Penelitian medis terbaru telah membuktikan banyaknya manfaat pijat bayi. Sebuah studi menunjukkan bahwa bayi prematur yang dipijat tiga kali sehari selama sepuluh hari mendapatkan kenaikan berat badan hampir 50 persen lebih banyak, lebih aktif dan waspada dan dapat meninggalkan rumah sakit enam hari lebih cepat dibandingkan bayi prematur lainnya. Pijat bayi bermanfaat merangsang  syaraf motorik, memperbaiki pola tidur, membantu pencernaan dan meningkatkan ketenangan  emosional anak, selain menyehatkan tubuh dan otot-otot. Bayi yang dipijat dengan baik dan teratur  dapat tumbuh lebih sehat dan berkembang lebih baik. Berikut adalah beberapa tips pijat untuk bayi.

Cara Pijat Bayi
  • Pilih waktu pemijatan saat Anda santai dan tidak tergesa-gesa dan tidak akan terputus di tengah jalan. Jangan memijat bayi sebelum atau setelah makan, atau ketika bayi sakit.  Jangan membangunkan bayi untuk dipijat.
  • Siapkan perlengkapan pijat seperti minyak untuk memijat dari baby oil, minyak telon atau minyak nabati lainnya, alas, popok bersih dan pakaian ganti. Minyak aromaterapi untuk orang dewasa mungkin tidak cocok untuk bayi.
  • Lepas gelang, cincin dan potong kuku-kuku jari Anda yang panjang agar tidak menyakiti kulit bayi Anda yang lembut tanpa  sengaja.
  • Gelar  alas atau handuk lembut di atas permukaan yang datar dan lepaskan pakaian bayi. Anda juga dapat meletakkan bayi di pangkuan Anda. Letakkan bayi dengan posisi telentang saat Anda memijat bagian depan bayi Anda, lalu tengkurap saat memijat bagian belakang.
  • Gosokkan hanya sekitar setengah sendok teh minyak pada telapak tangan Anda untuk memudahkan pijatan tangan Anda  meluncur di tubuh bayi. Anda dapat menambahkan lebih banyak minyak di tubuh bayi kemudian sesuai kebutuhan.
  • Pijat bayi dengan lembut namun tegas dengan telapak tangan atau jari. Pijatlah dengan ringan secara melingkar di dada dan perut, pijat kedua bahu, turun ke bawah di lengan dan kaki lalu kembali ke atas pada bagian punggung.  Bayi baru lahir dapat menikmati hanya dua sampai lima menit pijatan, sementara bayi berusia lebih dari dua bulan dapat menikmati lebih lama.
  • Jangan terlalu banyak memberikan tekanan pada tubuh bayi yang rapuh dan hindari daerah tulang belakang.
  • Tenangkan bayi agar tidak bergerak saat dipijat dengan berbicara atau bernyanyi.
  • Kontak mata dengan bayi membuatnya merasa mendapatkan perhatian penuh dari Anda.
  • Berhenti  memijat secara mendadak dapat membuat bayi waspada. Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan pelan-pelan dan lembut saat akan menghentikan pijatan.
  • Jangan menggunakan minyak di kepala atau wajah. Jaga agar minyak tidak terkena jemari bayi karena mereka cenderung menempatkan jari di  mulut atau mata, sehingga dapat menyebabkan iritasi.
  • Selubungi bayi dengan handuk bersih dan hangat setelah dipijat dan peluklah dia.
  • Hindari ruam, luka atau daerah di mana bayi mendapat suntikan vaksinasinya atau mungkin karena sakit.
  • Anda dapat terus memijat bayi Anda sampai dia berusia tiga atau empat tahun, karena manfaat pijat yang baik sangat banyak.
Sumber. Majalahkesehatan.com