Senin, 06 Februari 2012

Manfaat Corat-coret Balita


Di balik titik, garis dan lengkung yang dibuatnya, banyak manfaat yang bisa didapat dari aktivitas corat-coret bagi balita. Seperti Pablo Piccaso yang menghasilkan master piece pertamanya, The Picador, di usia 8 tahun, balita Anda pun bisa.
  • Perkembangan motorik, koordinasi tangan-mata. Ketika mencoret, anak berlatih mengendalikan gerak organ tubuh. Setiap gerakan alat tulis atau gambar yang digunakan, menuntut anak mengendalikan gerakan bahu, tungkai lengan, hingga jemari, yang menggenggam alat tulis itu. Selain itu, ketika mencoret anak belajar memadukan gerakan tangan dengan mata.
  • Ekspresi emosi, menjajal sensori. Pada usia 1 tahun anak bisa merasakan berbagai sensasi dengan panca inderanya. Kemampuan itu mendorong anak bereksperimen, yaitu dengan cara menjajal berbagai permukaan materi untuk dicoret-coret. Merasakan sensasi berbagai media saat mencoret, memberi anak pemahaman sebab akibat, karena ia bisa mengamati hasil perbuatannya pada media yang berbeda. Sensasi yang dirasakan menyenangkan, mendorong anak makin ekspresif mencoret.
  • Pengenalan awal menulis. Tahapan awal mencoret yang dilakukan anak dimulai dari sebuah titik, kemudian garis lurus patah-patah, hingga menjadi kumpulan garis melengkung yang mirip benang kusut. Dr. Alice Honig menjelaskan, di akhir usia 2 tahun anak akan bisa menggambar garis tunggal, meski belum lurus. Menurutnya, menggambar garis tunggal yang jelas ujung dan pangkalnya, membutuhkan kematangan intelektual. Selain itu, jika kita perhatikan, di antara coretan anak akan terlihat bentuk-bentuk mirip huruf. Menurut Alice, "Itulah yang menjadikan aktivitas mencoret penting untuk didukung orangtua, sebab menyiapkan anak untuk belajar menulis kelak."

Coretan adalah ekspresi pertama kreativitas seorang anak. Para ahli perkembangan berpendapat bahwa kreativitas adalah jembatan utama proses belajar. Kreativitas yang terasah baik sejak kecil, akan memberi anak kemampuan memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya, baik dalam pekerjaan atau kehidupan sehari-hari kelak. Jauh sebelum balita menjadi orang penting karena penemuannya, kita perlu lebih dulu menghargai kreativitas pertamanya, yang berupa coretan, di usia 1 tahun.

Dukung Insting Dasarnya! Dalam buku Young at Art: Teaching Toddles Self-Expression, Problem-Solving Skills and an Appreciation of Art,  yang ditulis Susan Striker, dijelaskan bahwa coretan pertama anak mencerminkan perkembangan kemampuannya. Seperti berjalan, mencoret dikategorikan sebagai insting dasar yang dibawa anak sejak lahir, dan merupakan milestone perkembangan yang wajib ditunggu. Selaras dengan penjelasan tersebut, Alice Sterling Honig, PhD, profesor bidang perkembangan anak dari Syracuse University, New York, dalam jurnal perkembangan anak, Wiley, edisi Maret 2010,  mengatakan bahwa coretan anak menandakan kemajuan integratif yang dialaminya, baik di bidang kognitif, emosi, maupun motorik.

Karena begitu pentingnya aktivitas mencoret, dukung anak melakukan aktivitas itu, caranya:
  • Siapkan media untuk coret-coret dan biarkan anak mencoba berbagai jenis media coretan, misalnya, berbagai jenis kertas, karton, tembok, atau papan. Pastikan kebutuhannya cukup terpenuhi. Sediakan kapling khusus di tembok untuk dicoret-coret, dan beli papan tulis yang tulisannya bisa dihapus agar anak bisa puas mencoret.
  • Kenalkan pada berbagai alat tulis. Sediakan alat tulis yang mudah digenggam, misaknya, marker bergagang besar atau krayon  panjang. Warna alat tulis sebaiknya cerah, untuk mengasah indera penglihatan.
  • Ajarkan metode mencoret tanpa alat, misalnya finger painting. Mencoret-coret dengan jari, memberi sensasi berbeda karena anak langsung bersentuhan dengan materi dan media menggambar.
  • Sediakan waktu untuk mencoret bersama anak. Akan semakin menyenangkan jika anak mencoret-coret ditemani orang tuanya. Pendampingan Anda membuatnya merasa aman dan nyaman, sehingga semakin terdorong bereksplorasi.
  • Tidak kelewat panik bila anak mencoret-coret tidak pada tempatnya, misalnya pada dinding, seprai tempat tidur, taplak atau pintu kulkas. Hm, mungkin itu karena balita tidak tahan melihat bidang bersih dan ingin menggoreskan "karyanya" di sana! Segera  bersihkan coretannya dan ingatkan anak sekali lagi untuk tidak mencoret-coret di sembarangan tempat. Dalam periode belajar corat-coret, ada baiknya Anda gunakan cat tembok jenis mudah dibersihkan.
  • Tidak berharap anak memiliki bakat melukis, karena terlalu dini menentukan bakat anak pada usia ini. Jadi, jangan tetapkan target apa pun Pastikan saja bahwa semakin sering anak mencoret, semakin luwes ia untuk menulis kelak.

Mengurangi Pertengkaran Kakak Beradik

Penelitian Laurie Kramer, profesor di bidang pendidikan keluarga dari Universitas Ilinois, AS, menyebutkan, anak usia 2-4 tahun akan mengalami konflik dengan saudara kandung sebanyak 6,3 kali tiap jam, atau satu konflik tiap 10 menit. Kurangi keributan kakak-adik, dengan cara ini:
  • Terkadang anak meributkan siapa yang mendapat kue lebih besar, atau siapa yang menentukan acara di TV.  Ajarkan mereka untuk bergantian memegang remote control di waktu-waktu yang telah dijadwalkan, atau bergantian memilih pertama kali, potongan kue.  Dengan cara ini, Anda tidak perlu repot memisahkan pertengkaran atau mengukur besarnya kue agar sama rata.
  • Hilangkan kompetisi dengan mengembangkan sikap saling menghargai dan mengembangkan keunikkan masing-masing.
  • Anak bisa mencontoh orangtua saat bertengkar.  Minimalkan pertengkaran terbuka di depan anak. Jika telanjur, katakan perbedaan pendapat itu biasa, dan pertengkaran salah satu cara untuk mencapai mufakat. Namun tekankan, konflik ada aturannya. Tunjukkan pula bahwa pertengkaran tidak perlu berlarut-larut.
  • Jangan terlalu cepat melerai pertengkaran anak,  biarkan mereka memelajari cara menyelesaikan masalah tanpa bantuan orang lain.  Namun jika pertikaian sudah melibatkan fisik, bertindaklah.
  • Berikan batasan perilaku mana yang dapat ditoleransi dan yang tidak dalam keluarga, dan minta seluruh keluarga mematuhinya.

Menjaga Hubungan Baik Kakak dan Adik

Boleh-boleh saja adik meniru kakak dalam beberapa hal, namun beri kesempatan ia menjadi dirinya sendiri, menggali kemampuan dan bakatnya sendiri, yang bisa jadi, berbeda dengan kakak.

Sebagian kakak akan merasa senang jika dianggap hebat oleh adik yang mengidolakannya. Namun, tidak semua kakak senang diidolakan, diikuti bahkan ditiru mentah-mentah oleh adik. Jangan sampai keinginan adik untuk terlalu mengidolakan kakak menghambat perkembangan identitasnya sendiri kelak. Adik dan kakak, masing-masing tentu memiliki keunikan tersendiri yang perlu dikembangkan secara terpisah.

Agar kakak dan adik memiliki hubungan yang baik, namun masing-masing tetap dapat mengembangkan identitas dan keunikkan masing-masing, tempuhlah cara di bawah ini:

1. Pahami bahwa setiap anak adalah individu yang unik dan berbeda dengan anak lain, sehingga tidak bisa disamaratakan. Caranya:
• Jangan paksa mereka memakai sesuatu yang sama, misalnya pakaian atau sepatu yang sama.
• Jangan paksa mereka untuk memiliki minat, selera, maupun bakat yang sama. Bantulah mereka mengembangkan diri sesuai dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
• Biarkan sekali-sekali mereka bermain sendiri, atau dengan teman masing-masing. Pahami, bahwa terkadang kakak adik butuh berpisah untuk suatu waktu tertentu, demi mengembangkan dirinya masing-masing.
• Hindari membanding-bandingkan anak yang satu dengan yang lain, apalagi memberi label atau julukan.

2. Berikan hadiah atau ‘reward’ sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Dari hadiah ulang tahun sampai pujian atau pelukan sebagai dukungan. Caranya:
• Pahami kebutuhan atau keinginan masing-masing, dan beri hadiah sesuai dengan temuan Anda itu. Misalnya si A yang senang menggambar akan lebih senang diberi peralatan gambar, dan si B, adiknya, senangnya membaca sehingga lebih senang diberi buku bacaan.
• Dalam memberi dukungan, ada anak yang senang jika dipeluk, namun anak lain cukup diberi usapan di kepala atau di bahu sudah membuatnya senang.

3. Lewatkan waktu bersama masing-masing anak secara terjadwal. Caranya:
• Jika Selasa sore Anda akan menemani si sulung les balet, buatlah Kamis sore sebagai ganti bagi adik untuk Anda ajak main balok berdua.
• Luangkan waktu untuk mengajak masing-masing anak, misalnya makan di restoran berdua saja, sambil mengajaknya bercakap-cakap sekaligus mencoba untuk memahami diri mereka masing-masing. Cara ini akan membuat setiap anak merasa spesial dimata kedua orangtuanya.

4. Jika adik terus menerus mengekor dan mengikuti kakak sehingga kakak tidak nyaman, tanyakan apa maksudnya. Bisa saja adik tengah belajar dengan cara mencontoh kakak.
• Beri penjelasan dengan bahasa sederhana bahwa mencontoh tidak berarti harus meniru mentah-mentah apa yang dilakukan kakak.
• Jelaskan dengan bahasa sederhana pada adik bahwa ia juga punya kelebihan dan keunikan yang dapat dikembangkan, berbeda dari kakak.

5. Jika kedua anak memiliki minat dan bakat di bidang yang sama, biarkan saja. Sebab, meski memiliki minat dan bakat sama, namun pasti setiap anak punya keunikan yang berbeda, yang dapat dikembangkan. Misalmnya, strategi atau gaya yang berbeda. Biarkan mereka menggali dan memperkaya diri dengan keunikan masing-masing.
(ayahbunda.co.id)

Sabtu, 04 Februari 2012

Manfaat Merangkak Pada Bayi


Tahukah Anda bahwa aktivitas merangkak mendatangkan banyak manfaat bagi bayi Anda? Gerakan merangkak melatih bayi menggunakan kaki dan tangan mereka yang bergerak secara bergantian dan berlawanan, yaitu ketika tangan kanan bergerak ke depan diikuti oleh gerakan kaki kiri dan selanjutnya berganti dengan gerakan tangan kiri yang bergerak maju ke depan diikuti oleh gerakan kaki kanan. Ternyata gerakan tersebut memerlukan penggunaan kedua belahan otak kiri dan kanan dalam sebuah koordinasi saraf (neurologis) yang kompleks. Jadi, biarkan bayi Anda bebas merangkak dan jangan batasi ruang mobilitas mereka.

Dengan merangkak bayi Anda juga memiliki kesempatan yang lebih luas lagi untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya dan ini merupakan sarana yang sangat baik bagi bayi Anda untuk mempelajari banyak hal. Informasi-informasi yang ia temukan selama masa eksplorasinya tersebut akan terekam dan memperkaya memori yang tersimpan dalam otaknya. Untuk itu, berikan bayi Anda lebih banyak ruang dan kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya ini, selama kondisi di sekitarnya memang aman dan tidak membahayakan keselamatan.


Berikut adalah beberapa manfaat merangkak untuk bayi:
1.       Gerakan ketika bayi merangkak akan merangsang, memperkuat dan mengintegrasikan dua belahan otaknya. Ini akan mengkoordinasikan penggunaan kedua mata, telinga, tangan dan kaki secara bersamaan.

2.       Gerakan merangkak juga memungkinkan dua belahan otak dibagi, lalu menyimpan, dan menarik kembali informasi-informasi yang penting secara lebih cepat.

3.       Merangkak diyakini dapat meningkatkan produksi myelin, suatu zat yang melapisi sel-sel saraf. Mielin berperan dalam membantu proses pengiriman dan penerimaan pesan agar berjalan lebih cepat dan jelas.

4.       Merangsang bagian otak yang berkaitan dengan kemampuan yang bersifat ekspresif.


5.       Merangsang kepekaan taktil (sentuhan), kepekaan visual, dan kepekaan terhadap konsep jauh-dekat.

6.       Menguatkan leher bayi, lengan, sendi dan otot.

7.       Membantu bayi dalam mengembangkan bahasa, karena bayi dirangsang menggunakan kedua telinga secara bersamaan, dan mengembangkan pendengaran kedua telinga.

8.       Gerakan berulang-ulang saat merangkak akan merangsang, mengatur dan mengembangkan koneksi jaringan syaraf otak bayi. Akibatnya, otak akan lebih efisien dalam mengontrol proses kognitif seperti pemahaman, konsentrasi dan memori.

9.       Menguatkan sejumlah otot-otot besar dan kecil, sehingga akan mengoptimalkan perkembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halusnya.

10.   Mendukung koordinasi mata-tangan, kekuatan, ketegangan otot, keseimbangan dan keterampilan jari.

Merangkak memiliki banyak manfaat untuk bayi. Seorang peneliti di Amerika Serikat melakukan penelitian tentang efek dari merangkak untuk kehidupan bayi berikutnya. Hasilnya sangat mengejutkan bahwa bayi dikategorikan dapat berjalan lebih awal. Dan ada juga hasil riset yang menunjukkan bahwa bayi yang hanya merangkak dalam waktu singkat sebelum ia mulai berjalan, akan mencapai nilai yang lebih rendah pada tes kemampuan untuk pra-sekolah. Jadi, berikan kesempatan dan biarkan bayi Anda merangkak untuk memperkaya informasi yang tersimpan dalam memori otaknya.(ST)
Sumber  : informasitips.com

Minggu, 08 Januari 2012

Bahasa Bayi Yang Anda Harus Ketahui

Banyak ibu percaya bahwa tangis bayi merupakan cara mereka mengungkapkan sesuatu. Namun bagi para ibu baru, memahami arti tangisan sang buah hati, bisa menjadi sangat sulit. Adakah cara untuk memahami bahasa si kecil ini?

Dunstan Baby Language
Dunstan Baby Language (DBL) adalah suatu sistem yang mempelajari arti tangisan bayi usia 0-3 bulan. Sistem ini meliputi pengenalan akan lima “bahasa tangisan” yang digunakan para bayi sejak dilahirkan, yaitu bahasa untuk menyampaikan kebutuhan akan: rasa lapar, mengantuk, sendawa, rasa tidak nyaman, dan nyeri di perutnya.
Dr Adhiatma Gunawan, perintis DBL di Indonesia, menyebutkan bahwa seorang bayi mempunyai refleks primitif yang dimiliki sejak dilahirkan. Refleks ini bersifat universal dan lambat laun akan menghilang seiring dengan berkembangnya kemampuan untuk beradaptasi. “DBL berlaku pada bayi hingga usia tiga bulan. Karena setelah usia tersebut, bayi akan mengembangkan kemampuan berkomunikasinya sendiri dengan bantuan orang tua dan lingkungan,” tambahnya.

Bagaimana sejarahnya?

DBL ditemukan oleh Priscllla Dunstan, musisi asal Australia, yang berbakat untuk mengingat semua jenis suara atau yang dikenal dengan istilah sound photograph. Ketika Priscllla menjadi seorang ibu, ia menyadari, ternyata bayinya berusaha untuk berkomunikasi melalui suatu bahasa. Setelah delapan tahun meneliti dan mengumpulkan bayi-bayi dari berbagai negara, suku bangsa, dan bahasa, akhirnya, ia menemukan suatu bahasa yang sama yang digunakan para bayi ini untuk berkomunikasi, yaitu DBL. Ada lima bahasa bayi versi DBL, yaitu:

1. “Neh” = lapar
Ketika lapar, bayi akan mengeluarkan suara “neh”. “Neh” dinyatakan sebagai bunyi yang dihasilkan ketika bayi mengecap untuk menghisap puting ibu. Kenali suara “neh” ini dengan mendengar sisipan huruf N pada tangisannya.
Selain mengeluarkan bunyi 'neh', menurut teori DBL, bayi yang lapar biasanya:
- Menggerakan lidah ke langit-langit mulut (mengecap)
- Menghisap jari atau kepala tangannya
- Menjilati bibirnya
Menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan. \

2. “Owh” = lelah
Suara “owh” mengindikasikan si kecil sudah mulai lelah dan mengantuk. “Owh” pada dasarnya merupakan bunyi yang dihasilkan ketika menguap. Tetapi, “owh” ini tidak selalu dibarengi dengan kuapan, bisa juga dengan tanda-tanda seperti:
- Si kecil mulai bergerak gelisah
- Mengusap-usap mata dan menggaruki/menarik telinganya
- Mulai menggeliat dan melengkungkan tubuhnya.
Namun, tanda-tanda ini biasanya didahului dengan bunyi 'owh'.

3. “Eh” = ingin sendawa
Tangisan “eh” terjadi ketika dada si kecil bekerja keras mengeluarkan angin yang masuk ke dalamnya. Biasanya, frekuensi tangisan 'eh' yang diucapkan lebih cepat dan pendek karena si kecil berusaha untuk sendawa. Penting bagi ibu untuk menyendawakan si kecil begitu bunyi 'eh' terdengar, karena dapat menghindari angin turun ke perut dan menyebabkan kolik serta menghindari bayi memuntahkan susunya kembali. Tanda-tanda lain saat si kecil perlu sendawa adalah:
- Dada yang mengencang
Gerakan menggeliat ketika diletakkan di tempat tidur
Berhenti minum susu dan mulai gelisah

4. “Eairh” = Angin di perut
Jika si kecil sering menangis dengan keras dan nampak kesakitan, ibu mungkin akan mendengar bunyi 'eairh'. Tangis 'eairh' terjadi karena adanya gas dan angin di perut si kecil yang menyebabkan rasa sakit (kolik). Tanda-tanda lain yang dibarengi dengan bunyi 'eairh' adalah:
- Kaki yang mengejang dan ditarik ke perut
- Tubuh si kecil yang menjadi kaku
- Jerit tangisan yang merintih kesakitan
Bila tangisan 'eairh' terdengar, segeralah telungkupkan si kecil lalu usap punggungnya. Ibu pun bisa memijat lembut perutnya untuk mengeluarkan angin. Udara 'eairh' akan lebih sulit dikeluarkan, jadi akan lebih baik jika ibu segera menyendawakan si kecil saat terdengar bunyi 'eh', untuk mencegah udara turun ke perut.

5. “Heh” = tidak nyaman
Salah satu alasan mengapa bayi rewel adalah karena ia merasa tidak nyaman, bisa karena popoknya basah, udara yang terlalu panas atau dingin, atau hal lainnya. Tangisan 'heh' biasanya terengah-engah (seperti membuang udara) dan ada penekanan pada huruf H diawal katanya. Bila ibu mendengar tangisan 'heh' ini segeralah memeriksa kondisi si kecil, apa yang membuatnya tidak nyaman, seperti kepanasan, kedinginan, atau popok yang kotor dan harus diganti.


Stop, Look, and Listen!

Apabila mendengar si kecil menangis, seorang ibu biasanya menjadi panik lebih dulu, sehingga tidak bisa bertindak dengan tepat. Dr Adhiatma menyarankan para ibu untuk melakukan “Stop, Look and Listen!”, jangan panik dan mulai melihat mimik si kecil seraya mendengarkan bunyi tangisannya.
Yang harus ibu lakukan saat bayi menangis:
1. Bertindak atas kata yang dominan terdengar. Si kecil bisa saja mengucapkan dua kata yang berbeda. Misalnya, bayi yang biasa ditidurkan dengan cara disusui, apabila mengantuk, akan mengeluarkan bunyi 'owh” dan 'neh'. Namun suara 'owh' lebih mendominasi.
2. Dengarkan bunyi spesifik dari setiap katanya. Ubahlah posisi bayi apabila Anda tidak dapat mendengar dengan baik.

Sumber motherandbaby.co.id

Menggali Rasa Ingin Tahu Anak

Jangan bingung apalagi merasa terganggu menghadapi si kecil yang ceriwis dan banyak tanya. Kita harus optimal menggali rasa ingin tahunya agar ia tak jadi pribadi “kerdil”.

Kalau kita cuek atau malah merasa terganggu, bisa merugikan perkembangan wawasan dan kepribadian anak. Begitu pun kalau kita selalu melarang atau sebaliknya, kelewat melindungi. Nanti ia jadi enggak PD, lo, alias tak percaya diri, enggak punya inisiatif, selalu ragu-ragu, dan cenderung menarik diri dalam pergaulan. Kasihan, kan?

Itulah mengapa, orang tua harus bekerja keras menggali rasa ingin tahu anak sedini mungkin. Soalnya, di usia 2-3 tahun biasanya anak mulai pintar ngoceh banyak tanya mengenai hal-hal yang ada di sekitarnya. “Rasa ingin tahunya begitu besar karena ia tengah memasuki masa bermain. Anak mulai nenangga  dan berinteraksi dengan orang lain. Ia bertemu dengan hal-hal baru di luar rumah dan tak lagi terbatas pada lingkungan di rumahnya saja.

SERTAI ALAT PERAGA
 bila si kecil usianya sudah 2-3 tahun namun cenderung pasif dan enggak banyak tanya,  cari tahu penyebabnya. Bila mengalami keterlambatan bicara seperti yang banyak terjadi, berarti hambatan untuk berbicara dan bertanya itulah yang harus ditangani lebih dulu. Lewat pemeriksaan yang lebih seksama di bagian saraf, misalnya, karena tak tertutup kemungkinan saraf-saraf yang berkaitan dengan perangkat wicaranyalah yang mengalami gangguan. Atau, bisa jadi otot-otot alat bicaranya, terutama lidah, belum matang atau berkembang sempurna.

Tapi kalau perkembangannya berjalan wajar, ketika ia mulai menunjukkan rasa ingintahu, kita harus peka dan segera merespon dengan memberi keterangan sejelas-jelasnya namun singkat dan disesuaikan dengan bahasa anak seusianya. Kita harus bangga dan senang, lo, kalau si kecil rajin bertanya dan ingin tahu sesuatu karena hal ini sangat positif. “Itu tandanya anak punya minat untuk bereksplorasi terhadap lingkungan sosialnya
Misalnya, mengajak anak ke kebun binatang, sehingga ia bisa melihat secara konkret seperti apa binatang yang pernah ditanyakannya itu. Terlebih lagi bila pertanyaannya membutuhkan penjelasan yang tak mudah. Misalnya, anak menonton adegan mesra di TV lalu tanya, “Kok, orang itu ciuman?” Jawablah, “Itu berarti sayang,” dan berikan contoh, “Nih, seperti Mama sekarang cium Ade, berarti Mama sayang Ade.” Bagi anak, jawaban dengan contoh tersebut sudah cukup. Ia belum bisa, kok, membedakan antara ciuman bermakna sayang dan yang penuh nafsu.

HARUS KONSISTEN
Kalau kita memang benar-benar sibuk dan tak bisa sejenak pun meninggalkan kesibukan tersebut untuk menjawab pertanyaan si kecil, cobalah beri pengertian lebih dulu kepadanya.  Dengan cara ini, anak sebetulnya juga terbantu untuk belajar memahami orang tuanya yang sibuk tanpa ia sendiri merasa di-reject  atau ditolak.” Tapi tentu kita harus konsisten. Setelah selesai dengan pekerjaan tersebut, kita temui si kecil dan katakan, “Nah, sekarang Mama sudah selesai dengan pekerjaan Mama. Tadi Ade mau tanya apa?”
Hasilnya akan sangat berbeda, lo, bila kita bersikap enggak konsisten. “Selain rasa ingin tahu anak terpenuhi, respon orang tua juga akan semakin mendekatkan hubungan dengan anak.

DORONG BERPIKIR KRITIS
Penting diketahui, pemenuhan rasa ingin tahu anak menjadi salah satu modal bagi perkembangan kecerdasannya. Itulah mengapa, anak yang kritis dan banyak tanya memiliki korelasi untuk bisa digolongkan sebagai anak cerdas. Artinya, anak yang cerdas menunjukkan rasa ingin tahu dan kemampuannya untuk berpikir kritis. “Bukan berarti anak yang enggak berpikir kritis itu enggak cerdas, lo. Kalau orang tua memberi stimulasi pada anak yang kelihatannya pasif, tentu akan sangat membantu,”
Misalnya, “Ini apa, Nak?” sambil menunjukkan aneka benda berlainan bentuk dan warna. Atau, “ajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengundang kemampuan berpikir anak.” Misalnya, “Kenapa binatang marah kalau diganggu?” Jadi, si kecil yang pendiam belum tentu enggak cerdas. Bisa jadi ia pendiam lantaran kita tak pernah meresponnya untuk banyak bicara ataupun mendorong berpikir kritis. “Yang juga kerap terjadi, orang tua cuma ‘menyuapi’.

Ada, lo, anak yang pintar dan tinggi daya tangkap serta daya ingatnya, namun enggak kritis. Lantaran, ibu-bapaknya cenderung cuma memberi tahu dan kerap memberi respon negatif bila anak banyak bertanya ataupun memarahi kala si anak protes. Bagaimana jika orang tua tak memberi respon positif karena tak tahu? Tak usah cemas. kita bisa, kok, mengejar ketertinggalan si anak.

Namun tentu dengan “bayaran” yang lebih mahal. Artinya “proses pemahaman pengetahuan si anak akan lebih lambat dibanding teman-temannya, karena pemahaman yang sama seharusnya sudah diberikan saat anak berada dalam masa golden age di usia 2-3 tahun.” Bukankah saat itu ia tengah pintar-pintarnya? Jadi, kalau stimulasinya bagus di usia itu, anak akan tumbuh optimal menjadi cerdas. Jangan lupa, lo, meski kecerdasan bersifat herediter atau bawaan, namun tak akan menjadi optimal bila tak dibarengi dengan pemberian gizi yang baik dan stimulasi dari lingkungan.

BOLEH, KOK, MELARANG ANAK
Yang penting, dalam melarang harus disertai alasan jelas, sehingga ia tahu, ia bukan sekadar dilarang tapi ada hal-hal tertentu yang bisa mencelakakan dirinya ataupun orang lain. Misal, larangan main pisau, bisa dibarengi dengan memberi contoh memotong buah. Jelaskan, “Ade tak boleh main pisau karena pisau ini tajam dan bisa melukai tanganmu. Lihat, nih, Mama potong jeruk. Nah, terbelah, kan?” Anak pun jadi mengerti kenapa dirinya dilarang main pisau. “Dengan selalu mengemukakan reasoning , anak akan terlatih mengenali apa kesalahannya atau mengapa ia harus dimarahi orang tua,. Cara ini juga membiasakan anak belajar konsekuensi, “Saya nggak boleh melakukan ini karena berbahaya buat saya.”

Tapi kalau ia selalu dilarang, justru akan membuatnya jadi pembangkang. Coba, deh, perhatikan; semakin dilarang, anak seusia ini, kan, semakin nekat. Apalagi di usia 3 tahun, anak tengah mengembangkan negativismenya. Kalau dibilang “Kamu jangan main hujan ya,” ia malah akan main hujan-hujanan. Jadi, semakin kita melarang, ia justru akan melakukan hal-hal yang kita larang. Alangkah baiknya dalam melarang kita juga mengajaknya berpikir. Misal, “Kalau Ade main hujan, nanti gimana?”

Ia mungkin akan menjawab, “Sakit.” Nah, teruskan dengan pertanyaan, “Kalau sakit, nanti Ade bisa ikut jalan-jalan nggak sama Papa-Mama?” Pancing terus si anak hingga akhirnya ia sendirilah yang mengambil keputusan untuk tak main hujan. Dengan cara ini, bukan cuma larangan kita dipatuhi, anak pun jadi belajar berpikir kritis. Nah, mengembangkan kecerdasannya, kan?

SEDIAKAN MAINAN BERVARIASI
Salah satu bentuk stimulasi yang dianjurkan untuk meningkatkan kecerdasan adalah permainan edukatif. Lewat beragam permainan sederhana, anak terlatih perkembangan kognitifnya, kemampuan motorik kasar dan halus, maupun perkembangan intelegensinya. “Sebaiknya sediakan mainan bervariasi,
Selain agar anak tak cepat bosan, pilihlah yang memungkinkan anak dapat menemukan semua kebutuhannya akan fungsi tiap-tiap mainan tersebut. Soalnya, ada permainan yang melatih daya ingat melalui gambar-gambar, ada yang mengasah kreativitas, dan ada pula yang bisa mempertajam daya imajinasinya. Sega atau play station , boleh-boleh saja. Asalkan dibatasi agar tak merusak mata dan menjadikan ketagihan. Selain bentuk permainannya juga harus disesuaikan usia anak. Kalau tidak, apa jadinya bila anak usia 2-3 tahun asyik menikmati kekerasan lewat permainan contra dan sejenisnya.

Melakukan berbagai permainan atau aktivitas bersama anak, juga penting untuk mengembangkan kecerdasannya. Misalnya, main kuda-kudaan, pasar-pasaran, atau loncat-loncat, dan sebagainya. Jadi, tak usah malu, ya, bila harus terlibat dalam permainan si kecil. Selain itu, beri kebebasan pada anak untuk memanjat atau melompat di tempat yang ia sukai. Bila Ibu-Bapak keberatan si kecil melompat-lompat di tempat tidur, ya, sediakan fasilitas yang memungkinkan ia tetap melakukan aktivitas tersebut.

Begitu pun bila keberatan si kecil corat-coret tembok, ya, beri fasilitas untuk kebutuhannya itu. Ulurkan kertas kecil atau besar seperti yang diinginkannya. Jika ia lebih suka corat-coret di tembok, sediakan tembok khusus untuk dicoreti atau tempelkan sejumlah kertas berukuran besar di salah satu bagian tembok. Jelaskan padanya, “Ade boleh corat-coret di sini tapi di tembok lain jangan, ya.” Pendeknya, kita tak boleh menghambat keinginan anak namun kita juga harus melatihnya bertanggung jawab untuk merapikan kembali mainannya atau benda-benda lain setelah ia usia melakukan sesuatu aktivitas.

Sumber
Tabloid NOVA

Sabtu, 07 Januari 2012

Rasa Ingin Tahu Anak=Anak Cerdas?

Jika anda sudah banyak membaca buku ataupun menerima banyak informasi tentang perkembangan anak, pasti anda pernah mendapatkan pernyataan berikut:

“Anak yg selalu bertanya atau rasa ingin tahunya besar adalah anak yg cerdas.”

Benarkah pernyataan itu? Apakah memang demikian kenyataannya?
(Semoga anda tidak menjadi ragu dengan 2 pertanyaan di atas.)

Memang BENAR bahwa salah satu ciri anak cerdas adalah anak yg rasa ingin tahunya besar, selalu bertanya tentang banyak hal.

TETAPI, ada satu hal lagi yg perlu menjadi perhatian kita dalam menilai apakah anak tersebut BENAR-BENAR mempunyai ciri-ciri anak cerdas.

Apa itu?

Setelah anak mengajukan pertanyaan, ada 1 tahapan lanjutan yg bisa dijadikan acuan apakah dia benar-benar ingin tahu, yaitu:

“APAKAH ANAK BENAR-BENAR MEMPERHATIKAN JAWABANNYA.”

Anak yg cerdas akan bertanya banyak hal karena memang dia ingin tahu jawabannya. Biasanya, jika anak tersebut bertanya, dia akan ‘mengejar’ jawaban kita dengan pertanyaan lanjutan, sampai kita orangtua menjadi kewalahan dalam menjawabnya.

Inilah salah satu ciri-ciri anak cerdas yang sebenarnya!

Kadang-kadang kita melihat anak yang selalu bertanya, tetapi sebelum dijawab anak tersebut sudah bertanya lagi hal yang lain lagi secara terus menerus. Hal ini menunjukkan bahwa anak tersebut tidak benar-benar ingin tahu terhadap apa yang ditanyakannya.

Menghadapi anak seperti itu, kita perlu mengarahkan sedikit demi sedikit, sehingga anak menjadi bisa memfokuskan dirinya terhadap apa yang ingin diketahuinya.

Kemudian, sarana TERBAIK untuk memuaskan keingin-tahuan anak adalah dengan menyediakan buku, dan mengajarkan anak MEMBACA sejak dini.

Aktivitas membaca mempunyai pengaruh terbesar dalam kehidupan berpikir seorang anak, yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap tingkat kecerdasan anak.

Untuk menstimulasi hal tersebut, kita perlu memberikan kegiatan lanjutan setelah anak selesai membaca dalam suasana yang menyenangkan. Misalnya, kita bisa membuat quiz tentang isi dari bacaan tersebut, dlsb. Hal ini perlu untuk melatih anak belajar menguasai isi bacaan tersebut.

Pemahaman terhadap isi bacaan merupakan tahap lanjutan yang sangat penting untuk diajarkan setelah anak mulai lancar membaca.

Yang lebih penting lagi:

JANGAN memaksa anak untuk membaca!

Beri kebebasan kepada anak untuk memilih buku yang ingin dibacanya.

INGAT, yang penting BUKAN APA yang dibaca oleh anak, TETAPI BAGAIMANA anak membacanya. Tentu saja, selama buku-buku tersebut sesuai untuk anak-anak.

Jangan samapai, misalnya, kita memaksa anak membaca buku tentang binatang, padahal anak sedang ingin membaca buku tentang angkasa luar.

Adil Fathi Abdullah dalam bukunya mengatakan:

“Andai kita berhasil membuat anak gemar dan menikmati aktivitas membaca serta menjadikannya sebagai sarana untuk meningkatkan daya pikirnya, berarti kita telah memberikan kebaikan yang tidak ternilai dengan harta dunia.”

Sumber: ibudanbalita.com